Hari Raya Kenaikan: Peristiwa
Cahaya yang Menerangi Harapan Gereja
Fr.
Giovanni A. L Arum
Alumnus
Fakultas Filsafat UNWIRA
Calon
Imam Keuskupan Agung Kupang
Hari Raya Kenaikan Tuhan Yesus;
Sebuah Peristiwa Cahaya
Empat
puluh hari setelah Hari Raya Paskah, Gereja universal merayakan Hari Raya
Kenaikan Tuhan Yesus. Peristiwa Kenaikan Yesus ke surga adalah peristiwa iman penting
bagi Gereja. Dalam Credo Nicea-Konstantinopel,
Gereja menyatakan imannya: “Et resurexit
tertia die, secundum Scripturas. Et ascendit in caelum: sedet ad dexteram
Patris; Dan pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci, Ia naik ke surga
duduk di sebelah kanan Allah Bapa”. Peristiwa Kenaikan Yesus ke surga dalah
peristiwa kairos bagi seluruh umat
manusia.
Dalam Injil Luk. 24:50-53 dinyatakan
dengan jelas bahwa sesudah Yesus membawa para murid ke Betania dan memberkati
mereka, Yesus naik ke surga. Dalam Mrk. 16:19 dikatakan “Sesudah Tuhan Yesus
berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di
sebelah kanan Allah.” Status kemuliaan Yesus memang telah terjadi pada saat
peristiwa kebangkitan-Nya. Namun, menjadi lebih bersinar jelas ketika Yesus
ditinggikan di sebelah kanan Bapa. “Peristiwa kenaikan ke surga yang sekaligus
historis dan transenden merupakan peralihan” (KGK., No.660). Yesus
secara definitif beralih dari status historis kemanusiaan-Nya menuju pada
status mulia transenden Keallahan-Nya.
Peristiwa Kenaikan memiliki relasi
erat dengan peristiwa Inkarnasi. Dalam Credo
dikatakan “Qui propter nos homines et
propter nostram salutem descendit de caelis. Et incarnatus est de Spiritu
Sancto ex Maria virgine et homo factus est; Ia turun dari surga untuk kita
manusia dan untuk keselamatan kita. Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan
oleh perawan Maria, dan menjadi manusia.” Setelah “turun dari surga” (descendit de caelis) yang ditandai
dengan peristiwa Inkarnasi yang dilanjutkan dengan misi pewartaan Kerajaan
Allah, Yesus akhirnya “naik ke surga” (ascendit
in caelum). Hal ini dengan jelas dikatakan dalam Yoh. 3:13: “Tidak ada
seorang pun yang telah naik ke sorga, selain daripada Dia yang telah turun dari
sorga, yaitu Anak Manusia”. Peristiwa kenaikan ini membuka pintu keselamatan
bagi segenap umat manusia “supaya mengikuti Dia ke sana, kemana Ia mendahului
mereka sebagai orang pertama” (KGK, No. 661).
Makna Hari Raya Kenaikan
1 1. Yesus
Kembali kepada Bapa
Peristiwa
Kenaikan Yesus ke surga adalah peristiwa “kembali-Nya Yesus” pada status Ilahi
besama Allah Bapa. Naik ke surga juga berarti meninggalkan dunia. Ada jarak transendensi
antara Allah dan ciptaan. Setelah Yesus menyelesaikan misi pewartaan-Nya di
dunia, Ia kembali kepada Bapa yang telah mengutus-Nya. “Kembali” di sini, dalam
perspektif teologis dimaknai sebagai masuknya Yesus dalam status kodrati Ilahi
sebagaimana sebelum peistiwa Inkarnasi. Yesus adalah Putra Allah. “Pada mulanya
adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah
Allah.” (Yoh.1:1).
Mrk
16:19 menyatakan bahwa setelah Yesus naik ke surga, Yesus “duduk di sebelah
kanan Allah Bapa”. Ungkapan “duduk di sisi kanan Bapa” menunjukkan bahwa Yesus
adalah Pribadi Ilahi dalam kesatuan kodrati dengan Allah Bapa. St. Yohanes dari
Damaskus mengatakan: “Dengan ungkapan ‘di sisi kanan Bapa’, kita mengerti
kemuliaan dan kehormatan Allah, di mana Putera Allah adalah sehakikat dengan
Bapa.” Selain itu, ungkapan ini juga menunjuk pada kekuasaan Ilahi Yesus. Orang
yang menjadi “tangan kanan” adalah orang yang dipercayai secara khusus dan
memiliki otoritas untuk memerintah atas nama pemimpin yang mempercayakan posisi
tertentu kepadanya. Yesus berkuasa atas segala ciptaan Allah. Ia juga memiliki
otoritas untuk mengadili manusia pada akhir zaman. Nabi Daniel menubuatkan:
“Kepada-Nya diberikan kekuasaan, kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang
dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepada-Nya.” (Dan. 7:14).
2 2. Kenaikan
Yesus dan Turunnya Roh Kudus
Menurut
kesaksian Kitab Suci dalam Kisah Para Rasul, sebelum Yesus naik ke surga, Ia
menjanjikan Roh Kudus yang akan turun ke atas para murid dan akan menguatkan
mereka untuk menjadi saksi Yesus Kristus sampai ke ujung bumi. (Bdk. Kis.
1:8-9). Dengan peristiwa kenaikan-Nya ke surga, Yesus tidak meninggalkan para
rasul-Nya untuk menjalankan misi pewartaan mereka sendiri. Yesus menjanjikan
Roh Penghibur (Parakletos). “Aku akan
minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain,
supaya Ia akan menyertai kamu selama-lamanya.” (Yoh, 14:16). Yesus tidak pernah
akan meninggalkan para murid-Nya sebagai yatim piatu (Bdk. Yoh. 14:18).
Roh
Kudus yang dijanjikan Yesus kemudian akan turun dalam rupa lidah-lidah api pada
peristiwa Pentakosta (Kis. 2:3). Dengan demikian, peristiwa Kenaikan Yesus
sebenarnya menjadi momentum janji Yesus untuk mengutus Roh Kudus yang akan menyertai
karya pewartaan Injil ke seluruh dunia sebagai amanat agung dari Yesus sebelum
Ia kembali ke surga. “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan
baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah merea
melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuliah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.” (Mat. 28:19-20).
3 3. Langkah
Awal Periode Gereja
Peristiwa
Kenaikan juga menandai babak baru dalam kehidupan Gereja yang dimulai oleh
karya para rasul. Secara fisik, mereka tidak bersama-sama lagi dengan Yesus
historis. Jika selama hidup dan karya publik Yesus di dunia, mereka mengikuti
Yesus dan mendengarkan ajaran-ajaran-Nya, maka pasca-kenaikan Yesus ke surga,
mereka mengalami transformasi diri. Mereka akan tampil sebagai pewarta Injil. Janji
Yesus untuk mengutus Roh Kudus akan menandai kelahiran Gereja, di mana para
murid berani untuk keluar dan mewartakan Injil ke seluruh dunia.
Kenaikan
Yesus ke surga bukan berarti bahwa Ia mengalihkan segala tugas kepada para
rasul dan Gereja. Dalam Kis. 1:11 termuat janji eskatologis tentang kedatangan
kembali Mesias. “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke
langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali
dengan cara yang sama seperti kamu melihat dia naik ke sorga”. Yesus membuka
pintu keselamatan eskatologis bagi segenap anggota Gereja. “Yesus Kristus,
Kepala Gereja, mendahului kita masuk ke dalam Kerajaan kemuliaan Bapa, supaya
kita semua sebagai anggota-anggota Tubuh-Nya dapat hidup dalam harapan, sekali
juga akan bersama Dia untuk selama-lamanya.” (KGK., No. 666).
4. Peristiwa Cahaya yang Menerangi
Harapan Gereja
Pada saat ini, Gereja merayakan hari
raya Kenaikan Tuhan dalam situasi muram pandemi Covid-19. Dalam situasi yang
serba sulit ini, pemaknaan yang sungguh terhadap peristiwa iman ini menjadi hal
yang urgen. Di tengah ketidakpastian hidup dan situasi kelam, di mana angka
kematian pasien yang terpapar virus Corona ini semakin meningkat, pendar nyala
iman, harap dan kasih kita tidak boleh padam. Peristiwa Kenaikan Yesus adalah
peristiwa cahaya yang mampu menghalau gelapnya ketakutan dan kecemasan umat
manusia dalam menghadapi pandemi yang telah melukai kebersamaan hidup seluruh keluarga
umat manusia.
“Kegembiraan dan harapan, duka dan
kecemasan orang-orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang
menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid
Kristus juga.” (Gaudium et Spes, art. 1). Duka dan kecemasan segenap umat
manusia yang menderita karena pandemi Covid-19 ini adalah duka dan kecemasan
seluruh anggota Gereja sebagai murid-murid Kristus. Perjuangan untuk tetap
mempertahankan kehidupan dan menolong orang-orang yang menderita karena kasus
ini, menjadi panggilan suci murid-murid Kristus untuk menyalakan lilin harapan
di tengah kepungan kelamnya duka dan kecemasan dunia.
Yesus telah mendahului kita kembali
ke rumah Bapa untuk menyediakan tempat bagi kita. Harapan ini adalah janji
keselamatan. “Jangalah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga
kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu
Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu.” (Yoh. 14:1-2). Kita perlu waspada dan berjaga-jaga, namun kita tidak
boleh putus asa dan menyerah. Dalam Kristus ada harapan akan keselamatan dan
kehidupan yang kekal.
Janji pengutusan Roh Kudus sebagai
Roh Penghibur adalah kekuatan dan juga penghiburan bagi segenap umat Allah. Tuhan
tidak akan membiarkan kita berjuang sendiri sebagai “yatim piatu” (Bdk. Yoh.
14:18). Menyerahkan diri dalam tuntutan Roh Kudus adalah bentuk penghayatan
iman murid-murid Kristus yang sejati. Narasi keselamatan harus menjadi narasi
perjuangan kita untuk menerangi harapan segenap umat manusia. Bentuk paling
konkret penghayatan akan makna hari raya Kenaikan Tuhan adalah bertekun dalam
doa, menjaga kesehatan diri dan juga taat pada protokol kesehatan. Sebagaimana
amanat Yesus, kita perlu menjadi saksi Yesus bagi dunia. Mengorbankan segala
kepentingan diri dalam bentuk ketidaktaatan yang mengancam keselamatan diri dan
orang lain merupakan salah satu bentuk ungkapan pengorbanan cinta kepada orang
lain. Sebagaimana nasehat St Thomas Aquinas “kasih kepada Allah harus meluas
pada kasih terhadap sesama.” Memperjuangkan kehidupan dan kebaikan bersama
adalah bukti kasih kita kepada Tuhan Yesus yang telah naik ke surga dan
menjanjikan keselamatan kekal kepada kita.
*Diterbitkan
di Timex, Kamis, 21 Mei 2020
Comments
Post a Comment