Berjaga-jagalah Sambil Berdoa!
Sabtu, 28 November 2020
Renungan
Atas Perikop Injil Lukas 21: 34-36
Fr.
Giovanni A. L Arum
Calon
Imam Keuskupan Agung Kupang
Berdomisili
di Centrum Keuskupan Agung Kupang
Spiritualitas
“berjaga-jaga” adalah spiritualitas khas Kristiani. Setelah
Yesus bangkit dan naik ke surga, Ia menjanjikan adanya Roh Penghibur (parakletos) yang akan mendampingi dan
menguatkan seluruh umat manusia sampai kedatangan-Nya kembali untuk menghakimi
dunia dengan adil (parousia).
Dalam masa penantian ini, umat Kristiani tidak
boleh “terlelap” dalam permainan dunia. Mereka harus masuk dalam mode iman yang
aktif dan “berjaga-jaga”, sebab “Hari Tuhan akan datang secara tiba-tiba
seperti pencuri di malam hari.” (Bdk. 1 Tes. 5:2). Dalam bahasa Injil hari ini
diungkapkan: “Supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu
seperti suatu jerat.” (Ay. 34).
Perikop
Injil yang kita renungkan hari ini mengangkat tema yang sama perihal berjaga-jaga.
Namun, Lukas sebagai “Penginjil Doa” menambahkan pentingnya kekuatan doa yang
berkanjang dalam spiritualitas berjaga-jaga orang Kristen. Dengan berdoa, umat
Kristiani tidak mengandalkan kekuatannya sendiri dalam penantian akan datangnya
Hari Tuhan, melainkan terus memohon perlindungan dan penyertaan Roh Kudus, agar
pelita iman tetap bernyala dan pinggang kesadaran tetap terikat.
Tuhan
Yesus dengan tegas menasihatkan kepada para jemaat Kristiani untuk menjaga diri
dari “beban” pesta pora dan kemabukan serta kekhawatiran hidup sehari-hari (Ay.
34). Kata “dibebani” (Yun. barethosin)
yang dimaksudkan oleh Penginjil Lukas di sini berkaitan dengan “beban” yang
memberatkan diri setelah seorang makan kenyang dan mabuk dalam pesta pora,
yakni “tertidur”. Kita bisa bandingkan ungkapan ini dengan ungakapan yang ada
dalam Mrk. 13: 36). Sifat konsumerisme dan hedonisme adalah racun bagi orang
beriman. Jika seluruh hati sudah “dibebani” dengan aneka kekhawatiran dan
kerakusan duniawi, maka umat manusia akan “terlelap” dalam kuasa gelap dunia.
Lawan
dari kata “tidur” dalam konteks iman adalah “berjaga-jaga”. Kata Yunani dari
“berjaga-jaga” adalah “agrupneo” yang
juga berarti: tidak tidur, tidak terlelap, sadar, dan siap sedia. Dalam Injil,
Tuhan Yesus bersabda: “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu
beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu
tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.” (Ay. 36).
Berjaga-jaga
dalam iman berarti tidak terlelap dalam kecenderungan-kecenderungan duniawi,
seperti: ketamakan, pesta pora, dan keinginan-keinginan daging lainnya. Orang yang
kesadaran iman dan hatinya “tertidur”, layaknya benih yang jatuh ke semak
belukar. Sabda Allah tidak akan tumbuh dalam hatinya karena dihimpit oleh
pelbagai kekhawatiran duniawi.
Kekuatan
untuk bertahan dalam penantian yang penuh iman, harap dan kasih orang-orang
beriman di dunia adalah doa yang berkanjang. Doa bukan saja sajian kata-kata
untuk merayu Tuhan. Doa sejati sekaligus memberi kekuatan untuk terluput dari
pelbagai godaan duniawi dan mengarahkan seluruh hidup orang beriman agar
sanggup bertahan sebagai pemenang yang teguh berdiri di hadapan Anak Manusia
(Yesus Kristus) pada Hari Penghakiman kelak.
Melalui
cahaya Injil Tuhan hari ini, kesadaran kita diterangi untuk tidak tertidur
pulas dalam pelbagai bentuk godaan duniawi dan teguh bertahan dalam doa dan
kasih sebagai bentuk spirit berjaga-jaga dalam iman. Ingat, tekun berdoa bukan
berarti mengunci diri dalam kamar untuk memohonkan aneka permintaan untuk kepentingan
diri sendiri dan lupa untuk menyapa dan berbagi kasih dengan sesama. Doa yang
baik dan benar selalu berbuah dalam tindakan kasih. Sebab dalam Kekristenan,
perbuatan kasih adalah doa yang hidup.
Semoga
Tuhan memberkati kita sekalian agar selalu ada dalam mode iman “on” yang senantiasa berjaga-jaga dalam
doa yang berbuah kasih, dan terluput dari mode iman “off” yang tertidur pulas dalam aneka jerat duniawi yang
menyesatkan. Salvete!
Comments
Post a Comment