Compassio Christi
Sabtu, 5 Desember 2020
Renungan
Atas Perikop Injil Matius 9: 35- 10:1.
6-8
Fr.
Giovanni A. L Arum
Calon
Imam Keuskupan Agung Kupang
Berdomisili
di Centrum Keuskupan Agung Kupang
Dalam kisah-kisah Injil Suci, ada satu ungkapan yang
sangat kuat menunjukkan cinta Yesus kepada manusia, yakni: “tergerak hati oleh
belas kasihan”. Ungkapan ini diterjemahkan dari kata Yunani “splagchnizomai”, yang berarti “merasa
tergerak dalam batin atau merasa berbelaskasih”. Dalam istilah Latin, kata ini
dipadankan dengan kata “comppasio”,
yang tidak hanya berarti berbelas kasih, tetapi juga “turut menderita atau
merasakan penderitaan” (cum-passio)
orang lain.
Yesus
menunjukkan cinta-Nya kepada umat manusia dengan “turut merasakan penderitaan”
(compassio) mereka. Dalam Perikop
Injil hari ini pun, Yesus menunjukkan hal yang sama. Ketika Ia berkeliling dan
mengajar ke semua kota dan desa sembari mewartakan Kerajaan Allah dan melakukan
banyak mukjizat sehingga banyak orang yang mengikuti-Nya, Yesus “tergerak hati
oleh belas kasihan” (compassio)
karena mereka bagaikan domba tanpa gembala. (Ay. 35-36). Hati Yesus turut
merasakan kelelahan dan keterlantaran banyak umat manusia.
Yesus
tidak hanya berhenti pada perasaan simpati. Ia mengambil tindakan yang tepat
dengan memanggil dan mengutus keduabelas rasul-Nya. Ia membutuhkan kerjasama
para pekerja untuk tuaian yang banyak itu. (Ay. 37). Tetapi, hal itu bukan
berarti bahwa rahmat Tuhan bergantung pada kesediaan para pekerja (manusia),
melainkan rahmat Allah lah yang menggerakkan mereka untuk mengabdi dalam
pelayanan. Oleh karena itu, Yesus berkata: “mintalah kepada tuan yang empunya
tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian ini.” (Ay. 38).
Jadi, yang empunya tuaian (seluruh umat) adalah Allah sendiri dan pekerja-pekerja
khusus itu diutus langsung oleh Allah.
Untuk
karya pewartaan bagi segenap kawanan domba dan tuaian Allah, maka Yesus sendiri
memanggil dan memberikan kuasa kepada para rasul untuk karya tersebut. Kita
perlu sadar bahwa kuasa para rasul itu bukan berasal dari diri mereka sendiri,
melainkan kuasa yang “diberi” oleh Kristus dan ditujukan sepenuhnya untuk karya
pewartaan dan pelayanan umat Allah. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk
memegahkan diri sebagai seorang yang dipilih Allah secara khusus. Semua talenta
dan kuasa penyembuhan, pengusiran setan dan lain sebagainya ditujukan untuk
pelayanan semua mereka yang membutuhkan demi kemuliaan nama Tuhan.
Para
rasul yang diutus secara khusus oleh Yesus diberi tugas untuk “pergi dan
memberitakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.” (Ay. 7). Pergi mengandaikan
“keluar dari zona nyaman” untuk memberitakan Kerajaan Allah. Butuh kebulatan
tekad dan spirit kerendahan hati yang tinggi untuk misi pewartaan ini. Mengapa?
Karena mereka sendiri telah menerima segala berkat dan talenta dalam diri
mereka sebagai anugerah cuma-cuma dari Allah, sehingga harus diberikan pula
secara cuma-cuma. (Ay. 8).
Dari
Injil Suci ini kita belajar pertama-tama untuk memiliki hati seperti hati
Kristus, yakni hati yang ber-compassio.
Kita perlu merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaan kita. Dari
sinilah timbul simpati dan empati. Dan ingat, kita tidak berhenti sampai pada
perasaan haru semata. Kita perlu bergerak sampai pada tindakan kasih yang
nyata. Bukankah iman tanpa perbuatan adalah mati?
Kita
juga belajar untuk menghidupi misi kerasulan. Sejak menerima rahmat Sakramen
Pembaptisan, kita telah diutus menjadi rasul Kristus. Kerapkali kita telah
menerima banyak berkat secara cuma-cuma dari Allah, tapi hati kita tertutup
untuk menyalurkan berkat kepada orang lain secara cuma-cuma. Banyak kali kita
jatuh pada perhitungan untung-rugi dalam hal membantu sesama.
Secara
khusus, kita juga mendoakan agar Tuhan berkenan memanggil banyak pekerja yang
akan berkarya secara khusus untuk melayani seluruh umat-Nya. Semoga Tuhan
memberkati segala pelayanan kerasulan kita setiap hari. Mari lakukanlah hal-hal
positif, meski kecil dan sederhana dengan cinta yang besar! Salvete!
Comments
Post a Comment